PEKANBARU, KOMPAS.com - Bayi berkepala dua asal Indragiri Hilir (Inhil), Riau, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di ruang Perimatologi RSUD Arifin Achmad di Pekanbaru pada Selasa (28/7) dini hari. "Anak saya sudah meninggal dunia," kata Badrun melalui telepon seperti dikutip Kantor Berita Antara.
ADVERTISEMENT
Bayi berkepala dua merupakan anak pertama dari pasangan Badrun (33) dan Nurhayati (23), warga RT 3 Desa Belantara Raya, Kecamatan Gaung, Inhil. Bayi yang belum sempat diberi nama oleh orangtuanya itu lahir di RSUD Tembilahan melalui operasi caesar pada Kamis malam (23/7) sekitar pukul 20.45 WIB.
Saat lahir, bayi ini memiliki bobot 3.200 gram, dengan panjang 43 sentimeter. Namun setelah mendapat perawatan intensif selama beberapa hari, bayi laki-laki itu meninggal Selasa sekitar pukul 02.00 WIB.
Kondisi bayi kembar tersebut, ujarnya, memang terus memburuk dan pihak dokter mengabarkan hal tersebut ke Badrun sekitar pukul 01.00 WIB. "Kabarnya kondisi anak saya terus memburuk dan dokter sempat menyiapkan tujuh kantong darah yang saya tidak tahu untuk apa. Tapi katanya darah itu tak sempat dipakai," ujarnya.
Ia mengatakan, jenazah anaknya itu langsung dibawa ke Inhil untuk dipertemukan dengan sang ibu. Meski begitu, Badrun belum menyampaikan kabar kematian anaknya tersebut kepada Nurhayati. "Saya belum kasih tahu ibunya, takut dia nanti sangat kaget," kata pria yang berprofesi sebagai buruh tani ini.
Sementara itu, pihak RSUD Arifin Achmad belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kematian bayi kembar berkepala dua tersebut. "Nanti akan disampaikan melalui jumpa pers jam 09.00 pagi di rumah sakit," ujar juru bicara tim dokter RSUD Arifin Achmad dr Tubagus Odih SpBA ketika dihubungi.
Bayi itu merupakan kembar siam jenis "conjoined twins parapagus dicephalus tetrabrachius" yang berarti bayi kembar dengan dua kepala, empat lengan, dua tulang belakang dan rongga dada yang menyatu.
Bayi malang tersebut dirawat secara intensif di ruang Perimatologi RSUD Pekanbaru sejak tanggal 24 Juli lalu oleh sebuah tim khusus yang terdiri atas enam dokter spesialis.
Sebelumnya, tim dokter RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, pada Senin (27/1) menyatakan kondisi bayi berkepala dua dari Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) belum melewati masa kritis.
Bayi tersebut selama perawatan membutuhkan bantuan alat pernafasan khusus (CPAP) untuk menstabilkan kandungan oksigen di dalam darah.
Hingga kini kandungan oksigen bayi masih di bawah normal yang seharusnya 95-100 persen. Selain itu, sang bayi sebelumnya tidak bisa diberikan ASI. Karena itu, tim dokter memasukkan nutrisi pengganti makanan ke dalam tubuh bayi melalui akses pembuluh darah utama (vena central) dengan menggunakan selang.
No comments:
Post a Comment